kumpulan cerpen

Juli 24, 2008

Hidup Dalam Karma

Filed under: hidup dalam karma — dikipedia @ 6:17 am

Hidup Dalam Karma

“maaf kan aku,aku tidak bisa membuatmu bahagia,begitu pun ayahmu…”

permintaan maaf yang di ajukan sang ibu kepada anaknya karena tidak bisa membahagiakan anaknya.

Nasib telah mempermalukan wajah si ibu di hadapan dunia,bahkan butiran kata-kata maha dasyat berupa do’a tidak merubah suatu apa pun.

Hanya tersisa kenangan –kenangan kejayaan di masa lalu yang kini tidak bisa datang lagi, gemerlap dunia hanya mendatangkan sayatan-sayatan dipermukaan kulitnya.

Sang anak terdiam,dia hanya terdiam karena tidak bisa berkata apa pun.

Ayahnya tidak lebih dari seeonggok kotoran yang terdapat di pinggir jalan, yang keberadaannya hanya akan menimbulkan perasaan jijik dan muak. sungguh ironis sekali, keadaan sang ayah sekarang bertentangan dengan masa mudanya, tubuh tegap, bergelimang harta, namun sayang dia tidak memiliki ilmu yang sebanding dengan hartanya, yang ia miliki hanya keangkuhan di masa muda yang tak terbendungkan.

“mungkin ini merupakan balasan dari tuhan atas segala perilaku kita di masa lalu…”

Sang ibu mencoba untuk menganalisa nasibnya kepada sang ayah.

Maka sang ayah pun mengemukakan pendapatnya.

“kita telah menyimpan bom dalam tubuh kita, bom kesombongan, bom keangkuhan, bom penghinaan dan bom-bom itu kini telah meledak, meluluh lantahkan kehidupan kita!”

“bukan hanya kita,tetapi anak kita juga! Dia tidak berdosa, dia bersih sebagaimana bayi-bayi pada umumnya!”

Sang ayah dan sang ibu mencoba untuk mencari tahu lebih dalam apa yang mereka lakukan di masa lampau yang telah menimbulkan permasalahan hidup yang sangat pelik.

Teringat kenangan lampau yang bisa saja menjadi penyebab terjadinya kesialan mereka,sang ibu teringat akan perilaku masa mudanya, saat itu sang ibu masih berumur 19 tahun, dimana masa-masa itu adalah masa keemasan, karena kecantikan masa dewasanya baru saja muncul, sebelum semua hal tentang hidupnya berbalik 180 derajat. Saat itu seperti kebiasaannya di siang hari, sang ibu masa muda sedang meminum jus stroberi dingin kegemarannya sembari menikmati pemandangan taman depan rumahnya yang di penuhi bunga-bunga crinum giganteum. Tiba-tiba ada seseorang yang mengganggu kebiasaannya di siang hari, dia adalah seorang pengemis lusuh dengan baju compang camping dan wajah yang tentu saja seburuk pakaiannya, bahkan bisa dikatakan lebih parah. Saat itu sang pengemis meminta uang sekedarnya dari sang ibu, namun perilaku kikir, angkuh, dan tidak berperikemanusiaan dari sang ibu muncul, dengan entengnya sang ibu menyiramkan jus stroberinya tepat pada muka sang pengemis yang mengiba itu. Tanpa menunggu jawaban selanjutnya sang pengemis keluar dari rumah itu dengan perasaan sangat hina, dimana muka kotor karena debu tiba-tiba terasa jauh lebih hina saat sisa-sisa jus itu menempel di mukanya, saat itu sang pengemis menangis sembari membalikkan tubuhnya kembali ke rumah itu dan pandangannya tertuju pada sang ibu, seakan mengatakan “aku menangis bukan karena siraman jus milik mu,dan bukan juga semata-mata karena aku dihinakan serendah-rendahnya. Tetapi aku menangisi nasib yang akan kau terima setelah ini, kesengsaraan yang tak akan pernah kau pikirkan sebelumnya, kehinaan yang jauh berlipat dari yang kau berikan padaku, mungkin kau lupa bahwa suatu saat awan yang indah pun akan berubah dan turun sebagai butiran-butiran hujan, dimana orang-orang tidak terlalu memperhatikannya sebagaimana mereka memperhatikan awan.”

Dan akhirnya sang ibu pun menangis saat ia mengingat kejadian itu, dalam hatinya ia menangis bukan karena ia menjadi miskin, dan hina seperti yang telah pengemis itu katakana, tetapi ia menangis karena memikirkan bagaimana jadinya jikalau karmanya akan diterima juga oleh anaknya yang tidak memiliki dosa apa pun???

2 Komentar »

  1. karma itu benar2 nyata bung! dia adalah makhluk yang paling adil yang bersembunyi dibalik tudung ketakutan manusia. berdamailah dengannya

    Komentar oleh lulabi — Juli 25, 2008 @ 11:49 am

  2. asa maca hidayah,

    mun seuk Radiohead mah “KArma police”

    jelema di luhur paradigma na leuwih
    parah ti urg tah….

    Komentar oleh cuomo — Agustus 7, 2008 @ 9:02 am


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan Balasan ke lulabi Batalkan balasan

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.